Langsung ke konten utama

Mendustakan ALLAH SWT dan RasulNya

Berikut beberapa dalil tentang larangan mendustakan Allah SWT dan Rasulnya

فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. [QS. Az-Zukhruf: 25]


وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [QS. Al-Baqarah: 39]

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ

Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. [QS. Yunus: 17]

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ (ح) و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَخْطُبُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ يَكْذِب عَلَيَّ يَلِج النَّارَ

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu’bah (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al Mutsanna dan Ibnu Basysyar keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Manshur dari Rib’i bin Hirasy bahwasanya dia mendengar Ali berkhuthbah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mendustakan aku, karena siapa yang mendustakan aku niscaya dia masuk neraka.” [HR. Muslim, Kitab Muqadimah hadits no. 2; juga dalam Shahih Bukhari, kitab Ilmu, no. 103, dari 'Ali bin Al Ja'd dari Syu'bah dari Manshur dari Rib'i bin Hirasy dari 'Ali]

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ جَامِعِ بْنِ شَدَّادٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ لِلزُّبَيْرِ إِنِّي لَا أَسْمَعُكَ تُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا يُحَدِّثُ فُلَانٌ وَفُلَانٌ قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أُفَارِقْهُ وَلَكِنْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Abul Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Jami’ bin Syaddad dari ‘Amir bin ‘Abdullah bin Az Zubair dari Bapaknya berkata, “Aku berkata kepada Az Zubair, “Aku belum pernah mendengar kamu membicarakan sesuatu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana orang-orang lain membicarakannya?” Az Zubair menjawab, “Aku tidak pernah berpisah dengan beliau, aku mendengar beliau mengatakan: “Barangsiapa mendustakan aku maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di neraka.” [HR. Bukhari Kitab Ilmu no. 104]

Termasuk Al Kaadzibiin (orang-orang yang berdusta) atau Al Mukadzdzibiin (orang-orang yang mendustakan) adalah:

1. Orang-orang yang mendustakan Allah, mendustakan eksistensi Allah. Rukun iman yang pertama adalah beriman kepada Allah.

2. Orang-orang yang mendustakan kebenaran perjumpaan dengan Allah. (Lihat QS. Al-An’am: 31)

3. Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.

4. Orang-orang yang mendustakan adanya adzab. (Lihat QS. Al-An’am: 66)

5. Orang-orang yang mendustakan adanya malaikat dan apa-apa yang mereka bawa dari Allah. (Lihat QS. Al-Baqarah: 97-98.) Dan termasuk rukun iman adalah beriman kepada malaikat.)

6. Orang-orang yang mendustakan taqdir. Beriman kepada taqdir termasuk rukun iman. Siapa mendustakan taqdir, maka ia tidak termasuk orang beriman.

7. Orang-orang yang mendustakan para Nabi dan Rasul-Rasul Allah dan apa yang mereka bawa dari Allah.

Termasuk al-kadzibin adalah orang-orang yang ketika disampaikan kepadanya suatu perkataan yang benar-benar dari Rasul, atau dia menyampaikan suatu perkataan yang benar-benar dari Rasul lalu dia menganggapnya sebagai kedustaan, maka dia termasuk orang-orang yang mendustakan.

مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ

Barangsiapa menceritakan hadits dariku, yang mana dia berpendapat bahwa riwayat itu kebohongan, maka dia (perawi) adalah salah satu dari para pembohong. [HR. Muslim, hadits masyhur yang juga diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abu Syaibah dari Waki' dari Syu'bah dari al Hakam dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Samurah bin Jundab, dan juga diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abu Syaibah dari Waki' dari Syu'bah dan Sufyan dari Habib dari Maimun bin Abu Syabib dari al-Mughirah bin Syu'bah]

Beriman kepada Rasul-Rasul Allah adalah termasuk rukun iman. Barangsiapa mendustakan satu saja dari para Rasul, maka dia tidak termasuk orang yang beriman. Termasuk beriman kepada Nabi Muhammad adalah membenarkan segala perkataan beliau. Sungguh beliau itu tidak berkata-kata kecuali berdasarkan wahyu dari Allah.

Termasuk kesempurnaan iman kepada Nabi Muhammad adalah mencintainya lebih dari kita mencintai diri kita dan manusia seluruhnya.